Perbedaan Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum Konvensional

Perbedaan Kurikulum Merdeka dengan Konvensional
Apa Perbedaan Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum Konvensional? – Kurikulum Merdeka adalah pendekatan pendidikan yang diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia pada tahun 2021.Kurikulum ini bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada siswa dalam memilih dan mengatur pembelajaran mereka sendiri, serta mendorong kreativitas, kemandirian, dan keberagaman dalam proses pembelajaran.

Pendekatan Kurikulum Merdeka bertujuan untuk mengembangkan potensi unik setiap siswa, menumbuhkan minat dan bakat mereka, serta memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi bidang-bidang yang diminati.

Siswa diberikan kebebasan untuk memilih mata pelajaran yang ingin mereka pelajari, mengatur jadwal pembelajaran, serta menentukan metode dan gaya belajar yang sesuai dengan kebutuhan individu mereka.

Dalam Kurikulum Merdeka, peran guru berubah menjadi fasilitator atau pendamping siswa dalam proses pembelajaran. Guru memberikan panduan, bimbingan, dan dukungan kepada siswa dalam mengembangkan pemahaman dan keterampilan mereka.

Kurikulum ini juga menekankan penggunaan teknologi dan sumber daya digital untuk memfasilitasi pembelajaran yang mandiri dan kolaboratif.

Kurikulum Merdeka mempromosikan pembelajaran yang berpusat pada siswa, di mana siswa aktif terlibat dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran mereka sendiri.

Pendekatan ini juga mendorong penerapan penilaian formatif, di mana siswa mendapatkan umpan balik secara terus-menerus untuk membantu mereka memperbaiki pemahaman dan prestasi belajar.

Dengan Kurikulum Merdeka, diharapkan siswa dapat mengembangkan kemandirian, inisiatif, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis yang diperlukan untuk menghadapi tantangan di masa depan.

Konsep Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka mengemuka sebagai alternatif bagi pendekatan kurikulum tradisional yang sering kali terfokus pada pemberian pengetahuan dan pemahaman yang sekedar mengikuti aturan.

Konsep ini bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan kreatif, kritis, dan inovatif mereka melalui proses pembelajaran yang berpusat pada mereka sebagai individu.

Salah satu prinsip utama dalam Kurikulum Merdeka adalah mengakui keberagaman individu. Setiap siswa memiliki minat, bakat, dan potensi yang berbeda-beda.

Dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih dan mengatur pembelajaran mereka sendiri, Kurikulum Merdeka memungkinkan mereka untuk menggali minat dan bakat mereka secara lebih mendalam.

Ini membantu menciptakan rasa tanggung jawab yang lebih besar terhadap proses pembelajaran dan meningkatkan motivasi intrinsik siswa.

Tujuan utama dari Kurikulum Merdeka adalah membantu siswa menjadi pembelajar seumur hidup yang mandiri dan memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan zaman.

Dalam Kurikulum Merdeka, siswa diberikan kebebasan untuk menentukan jalannya pembelajaran, mulai dari pemilihan topik yang diminati, penentuan metode pembelajaran yang paling efektif bagi mereka, hingga pengembangan proyek atau karya yang mencerminkan minat mereka.

Hal ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan kritis, kreatif, komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah, yang merupakan keterampilan esensial dalam dunia yang terus berubah.

Selain memberikan kebebasan kepada siswa, Kurikulum Merdeka juga mendorong pengembangan hubungan yang lebih erat antara siswa, guru, dan komunitas. Guru bukan hanya menjadi pemberi pengetahuan, tetapi juga menjadi fasilitator, mentor, dan pemandu dalam perjalanan pembelajaran siswa.

Dalam lingkungan Kurikulum Merdeka, guru berperan sebagai penghubung antara materi pelajaran dan minat siswa, membantu mereka mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan memfasilitasi pengembangan keterampilan sosial dan emosional.

Namun, implementasi Kurikulum Merdeka juga menghadapi tantangan dan pertanyaan. Salah satu pertanyaan kritis adalah bagaimana mengintegrasikan standar kurikulum nasional yang telah ditetapkan dengan kebebasan siswa dalam memilih jalannya pembelajaran.

Diperlukan perencanaan dan pengaturan yang cermat untuk memastikan bahwa pembelajaran yang berpusat pada siswa tetap mencakup kompetensi inti yang diperlukan dalam kurikulum nasional.

Selain itu, penting juga untuk memberikan pelatihan dan dukungan yang memadai kepada guru dalam mengadopsi dan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.

Guru perlu mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi fasilitator pembelajaran yang efektif, serta mendapatkan dukungan dalam mengelola dan menilai pembelajaran yang beragam dari siswa.

Kurikulum Merdeka telah menunjukkan potensi yang besar dalam menghasilkan siswa yang lebih aktif, kreatif, dan memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan zaman.

Dalam era di mana inovasi dan adaptasi menjadi kunci kesuksesan, Kurikulum Merdeka menawarkan pendekatan yang menantang konvensional dan membebaskan potensi siswa secara menyeluruh.

Dengan memberikan kebebasan kepada siswa, menghargai keberagaman, dan mengembangkan keterampilan esensial, Kurikulum Merdeka dapat membantu menciptakan generasi yang siap menghadapi masa depan dengan percaya diri dan kesuksesan.

Perbedaan Istilah pada Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum 2013

Perbedaan Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum Konvensional dari segi istilah pembelajaran memang jauh dari istilah sebelumnya. Namun secara umum masih memiliki unsur yang sama. Berikut ini beberapa Perbedaan Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum Konvensional:

  1. Promes (program semester) berubah menjadi prosem (program semester).
  2. Silabus berubah menjadi Alur Tujuan Pembelajaran (ATP).
  3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berubah menjadi modul ajar.
  4. Kompetensi inti (KI) berubah menjadi capaian pembelajaran (CP).
  5. Kompetensi Dasar (KD) berubah menjadi tujuan pembelajaran (TP).
  6. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) berubah menjadi Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP).
  7. Indikator pencapaian kompetensi berubah menjadi indikator ketercapaian tujuan pembelajaran (IKTP).
  8. Penilaian harian (PH) berubah menjadi penilaian sumatif.
  9. Penilaian tengah semester (PTS) berubah menjadi penilaian sumatif tengah semester (STS).
  10. Penilaian akhir semester (PAS) berubah menjadi penilaian sumatif akhir semester (SAS).
  11. Indikator soal berubah menjadi indikator asesmen.
  12. Penilaian teman sejawat berubah menjadi penilaian formatif.

Demikianlah informasi tentang perubahan berbagai istilah dalam Kurikulum Merdeka dari Kurikulum 2013. Selanjutnya mari fahami Perbedaan Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum Konvensional berikut ini.

Baca Juga: Apa itu Pendidikan Formal?

Perbedaan Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum Konvensional

Perbedaan Kurikulum Merdeka dengan Konvensional
Perbedaan Kurikulum Merdeka dengan Konvensional

Dalam dunia pendidikan, terdapat dua pendekatan utama dalam merancang kurikulum: Kurikulum Merdeka dan Kurikulum Konvensional. Perbedaan Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum Konvensional yang signifkan terlihat pada tujuan, struktur, dan pendekatan pembelajaran.

Berikut ini Perbedaan Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum Konvensional, perbedaan ini mencakup perbedaan utama antara Kurikulum Merdeka dan Kurikulum Konvensional, serta implikasinya dalam pembelajaran siswa.

1. Fokus pada siswa dan kebebasan belajar

Salah satu perbedaan mendasar antara Kurikulum Merdeka dan Kurikulum Konvensional adalah fokus pada siswa. Kurikulum Merdeka menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran, di mana mereka diberikan kebebasan untuk mengatur jalannya pembelajaran.

Siswa memiliki kebebasan untuk memilih topik yang diminati, menentukan metode pembelajaran yang paling efektif bagi mereka, serta mengembangkan proyek atau karya yang mencerminkan minat mereka. Sementara itu, Kurikulum Konvensional cenderung lebih terpusat pada guru, dengan penekanan pada pengetahuan yang ditransfer secara langsung kepada siswa.

2. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran

Kurikulum Merdeka mendorong keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran. Mereka didorong untuk menjadi pembelajar yang mandiri, mengambil inisiatif dalam mencari informasi, menganalisis, dan mensintesis pengetahuan. Siswa diajak untuk berpikir kritis, berdebat, dan menciptakan solusi inovatif.

Di sisi lain, Kurikulum Konvensional cenderung lebih bersifat transmisi pengetahuan, di mana siswa lebih banyak berperan sebagai penerima informasi dari guru.

3. Konteks pembelajaran yang relevan

Kurikulum Merdeka berusaha membangun konteks pembelajaran yang lebih relevan dengan kehidupan nyata siswa. Materi pembelajaran dihubungkan dengan pengalaman dan kebutuhan siswa, sehingga meningkatkan motivasi dan keterkaitan siswa terhadap pembelajaran.

Kurikulum Konvensional, di sisi lain, cenderung lebih terstruktur dan berpusat pada kurikulum nasional yang telah ditetapkan, dengan penekanan pada penguasaan konsep-konsep umum.

4. Pemilihan metode dan penilaian pembelajaran

Dalam Kurikulum Merdeka, siswa memiliki kebebasan untuk memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar mereka. Mereka dapat memilih menggunakan teknologi, proyek, kolaborasi kelompok, atau metode lain yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka.

Selain itu, penilaian dalam Kurikulum Merdeka cenderung lebih variatif, mencakup portofolio, presentasi, proyek, dan bentuk penilaian lain yang memungkinkan siswa untuk menunjukkan kemampuan mereka secara holistik. Di sisi lain, Kurikulum Konvensional cenderung lebih terikat pada penilaian yang terstandarisasi, seperti tes dan ujian.

5. Peran guru

Dalam Kurikulum Merdeka, guru berperan sebagai fasilitator dan pemandu dalam proses pembelajaran. Mereka mendorong siswa untuk mengembangkan minat dan bakat mereka, memberikan panduan, dan memberikan umpan balik yang konstruktif.

Dalam Kurikulum Konvensional, guru memiliki peran yang lebih dominan sebagai pemberi pengetahuan dan pengatur pembelajaran.

Perbedaan Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum Konvensional menunjukkan pergeseran paradigma dalam pendekatan pembelajaran. Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada siswa untuk menggali potensi mereka secara maksimal, mempersiapkan mereka menjadi pembelajar seumur hidup yang mandiri, kreatif, dan kritis.

Sementara itu, Kurikulum Konvensional tetap penting dalam memberikan dasar pengetahuan yang kokoh, tetapi mungkin membatasi kreativitas dan fleksibilitas siswa dalam mengeksplorasi minat dan bakat mereka.

Itu tadi Perbedaan Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum Konvensional. Tujuan utama dari perubahan kurikulum adalah memastikan bahwa siswa memperoleh pendidikan yang relevan, bermakna, dan memberdayakan mereka untuk menghadapi dunia yang terus berubah.

Leave A Reply

Your email address will not be published.